Film Sebagai Realitas Bentukan Sutradara dan Representasi Kehidupan Sosial



     Haaiiii... Sudah lama saya tidak menulis di blog ini tentang perfilman, sudah hampir mau satu  tahun tampaknya.  Dan pada akhirnya saya bersyukur kepada Tuhan YME yang telah memberikan saya kesehatan sehingga saya bisa menulis kembali disini. Pada kali ini, saya akan membahas permasalahan mengenai perfilman yang memang saat ini menjadi hal yang pada umumnya digandrungi oleh banyak orang. Permasalahannya adalah apakah benar jika seseorang berpendapat apakah film harus masuk akal? Dan apakah benar juga film harus tidak masuk akal?Jika ingin tahu jawabannya, silahkan teruskan bacanya.
     Ya dari judul diatas sudah di nyatakan bahwa "film sebagai realitas bentukan sutradara dan representasi kehidupan sosial", dari judul tersebut mari kita jelaskan dari satu persatu kalimatnya, realitas bentukan sutradara merupakan kebenaran yang dibuat-buat oleh sutradara atau pembuat film sehingga adegan dalam film tersebut terlihat seperti benar-benar terjadi, padahal adegan tersebut hanyalah buatan sutradara atau pembuat film, misalnya genre film science fiction yang selalu menampilkan adegan-adegan dengan teknologi yang luar biasa dan hampir-hampir adegan tersebut sangat tidak masuk akal, salah satunya film The Avengers, Ant-man,  Mission Impossible, dan lain-lain. Pertanyaan tadi apakah film harus tidak masuk akal terjawab sudah. Jelas saja, realitas bentukan sutradara atau pembuat film tidak harus masuk akal, tetapi harus bisa membuat penonton menganggap ini benar-benar terjadi.
     Kemudian pertanyaan kedua belum terjawab, yaitu apakah film harus masuk akal? Ya ini benar juga, mengapa? Wah mungkin pembaca bingung juga ya?  Tadi jawabannya harus tidak masuk akal, tapi mengapa sekarang harus masuk akal? Hahaha :D santai-santai ya? Jangan Esmosi dulu yah? :D. Ya jelas saja ini benar, karena terkadang film harus menggambarkan ulang atau merepresentasi kehidupan sosial yang sudah terjadi. Misalnya menggambarkan kisah nyatanya, menggambarkan cinta lokasi di kuliah atau di sekolah yang secara masuk akal atau faktanya benar-benar terjadi bukan? Hayyooo pernah cinlok nih jangan-jangan?? Haha :D, seperti layaknya film dokumenter yang harus benar-benar fakta dan tidak boleh di dramatisir juga itu sudah termasuk dalam film. 
       Kesimpulannya, kita tidak bisa memandang suatu film harus tidak masuk akal, dan tidak juga harus memandang suatau film harus masuk akal. Karena bisa saja film sama sekali tidak rasional, dan bisa saja film sangat sesuai dengan keadaaan yang sebenarnya, juga film bisa saja gabungan antara tidak rasional dan rasional. Oleh karena itu film adalah gabungan antara realitas bentukan sutradara dan representasi kehidupan sosial.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kelebihan Dan Kekurangan Genre Film Action

Resensi Film Deadpool

Resensi Film The Revenant